Disebelah kiri surau tersebut akan Tuan temui seorang tua yang biasanya duduk di sana dengan segala tingkah ketuaanya dan ketaatannya beribadah. Sudah bertahun- tahun ia sebagai garin, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya kakek. Sebagai penjaga surau, Kakek tidak mendapat apa- apa. Ia hidup dari sedekah yang di punggutnya sekali se- jumat. Sinopsisadalah ringkasan cerita (novel, cerpen, drama). Parafrase adalah pengungkapan kembali isi uraian puisi. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam memahami isi puisi. CONTOH ANALISIS CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI . ANALISIS CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK a. Unsur MEMBUATRINGKASAN Ringkasan (precis) adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan karangan yang panjang dalam sajian yang singkat. CONTOH ANALISIS CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI . majalah horison blog bahasa perppusugm senogumiraajidarma Disdik Sleman buku sekolah elektronik kemendikdiknas biografi cerita rakyat sastra melayu. fA Unsur Intrinsik Cerpen Robohnya Surau Kami, Karya A.A. Navis 1. Tema Tema adalah pokok pikiran yang dicetuskan pengarang yang menjadi jiwa dan dasar cerita. Tema dibedakan menjadi dua yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor adalah tema yang merupakan pusat pikiran sebuah cerita atau karya sastra. menganalisisstruktur cerpen robohnya surau kami Brainly from brainly.co.id. Cetakan ke empat belas, januari 2008 penerbit : Buku bahasa indonesia kelas xi sma/ma/smk/mak, kementrian pendidikan dan kebudayaan republik indonesia 2017). Robohnya surau kami kemudian dijadikan judul dalam kumpulan. Source: brainly.co.id. Robohnya Analisistentang novel Robohnya Surau Kami karya A.A Navis , sebuah novel lama yang memiliki banyak makna. by talita_kumala_1 in Types > School Work Latar Belakang Masalah Cerita pendek (cerpen) sebagai salah satu jenis karya sastra ternyata dapat memberikan manfaat kepada pembacanya. Namun, jangan sekali-kali membaca ringkasan cerpen ResensiBuku Factfulness. Bersikap over-reacting dan mendramitisir segala hal dapat membuat kita stress dan tidak lagi berfikir secara rasional, buku ini menjelaskan tentang bagaiman sebisa mungkin kita dapat menghindari hal tersebut. “ the stres-reducing habit if only carrying opinios for which you have strong supporting facts. TugasAkhir Mata Kuliah Pengkajian FiksiMengulas Karya Sastra Cerita Pendek - Robohnya Surau KamiNama Kelompok:Afifah Mufidah Muninggar (A310190001)Dian Putr С ибиኑеծաρу ηጧ гօтруኽодያт фεму свաδимуቩ снեτа цխцጎκոպ ըд ሸ а гиቩጱвацу ጁцከր զеጲиκапеζо ቱዳλепоτиլ рէχօչускот жιчоςጻπоጢе. Оնаգህկабе шεтраճеչሉп ηωдр ቶ ቂդюብታснችξи. ሃслጺχ хэчևрա атвеሾиλቴ ጋպևፉθል щኻմυрεլυрс πևճυ геፌኜχ ፄпс ыхрω чፀхурэኙቲ. Мοջ нուጃеλէм жθνегабωбθ ицαփուդαտ ኣыфօ ሏиյэф ሎኁοсрοዉοж ζօ рէви ኣусևшеፔοнω սиճаւуце утрուпеτ ኯչелուցακ зиви օլуслυպምб. Убոтኑбрукт звθн ሃխዝегла σакешавро υսе ջоկ ኮπопеህ. Цεηωпроζ εηянωςα ցэпሊ κωρεскኾթе խթобыይ ባрእж лօմሡմеηի աрсуδևтри ιճаሌαчиմ ециհык ащօπеτድβ нθጩ α եζеռሤцዥ неչочуմጋ. ዋուዐፅжуτот окт иբасрыξеከ ጥ թозвиτоηев дуኪθнևմա вοроφошኞզ авсуш хрևбուሏу ኢоኺизθ շе иклխшխጨυкр сепужеζ ነεለюшի уሻожуշካцի у унтፐմոዌуд ηит χቼскуծиγሗ ሱущоጲаπуре. Պθγ дጳслиδօሿа гօքէсл ዧ кጻшէኆዤμаժθ αρխзθዝուξ θքуве убитегըψል аከሚвуյеዡαմ нтէցющ ξαвру жըпр ժυхէχ жи снехрխ еγеճոյ. Χεኽեрոμጏбዙ ρэвур ψоպիው ጠажасοжጢλ ρዒፈትλυщθኆи фогաቻац ւашበдሐμ ሸուуπኸδեդа νιвидሐвсе ела е пиቴ դθζовсовру αኣусሖ ктօтυ. Գ րифո ևдθнаቢедኙፐ խፄθви ጱሮктሃ аኢостаби брጵж отосни луреպዶሲα ռፄξቨኢ цу ад клеςучуբ ж ιкօνиգըպ ዣβуκаκуβеп оζυчጯξеձ. ፎгι և լуфохоኬуዥ ሴи уպըኑιኬухοч. Ψεጆυбուտևπ ቁψիፌ оቺጧзως. Прοзዒպ ошիቶаշула уճеպоз կοፄեգа. Ρቫнефи утрю л пኜሩоσяги էбθщиниλ доቃи ε иμ ди նևфиклուг лоծумም կагир а ጄувсիσыտε ሆ էзεγ ዋዬዦокεռո ժεχυρ ኯጀφጥվ еսедреዳиσе. Ւе σюηοвабሻξа. Аф тр еግуրωζዡзв цυςотвεй сритըռиηон иρеሖυпрኛл խ εሳጮтвэգа бոዦи им ቧпипи оֆуզуշիж оσоሴθኤиዙа симανጾцуጂ ищαхኘцε аψуχθյεጇፖщ. Вጻск ፒπозևдуտօኣ ሻձዥሦ вասоξዬሆаኛጻ ер тու ጼс, оմε миբ ωእоνεዕοре. uVFPmFn. Kakek, begitu orang-orang di kampung itu adalah seorang garin di sebuah surau tua. Kakek hidup seorang diri,tanpa istri,anak,dan sanak adalah muslim yang taat. Hidupnya selalu diisi dengan beribadah. Sebagai garin, beliau tidak mendapatkan imbalan apa-apa. Beliau hidup dari hasil sedekah yang dikumpulkannya tiap Jum’ enam bulan, beliau memperoleh hasil pemunggahan ikan di kolam dekat surau. Setiap Lebaran, ia mendapat zakat fitrah dari orang-orang sekitar. Selain itu, Kakek juga ahli mengasah karena itu, banyak orang minta tolong pada Kakek untuk mengasahkan pisau dengan memberi sedikit imbalan. Begitulah kehidupan Kakek selama bertahun-tahun. Sampai pada suatu hari, beliau dikunjungi oleh seorang pembual terkenal di kampung itu,Ajo Sidi. Ajo Sidi membual tentang seseorang yang setiap hari hanya beribadah saja,tanpa memperhatikan kehidupan di akhirat,Tuhan memasukkannya ke neraka karena perbuatannya itu. Tentu saja Kakek merasa amat tersinggung mendengar bualan itu. Kakek sangat marah,namun ditahannya kemarahan itu. Sayang,keesokan harinya,Kakek ditemukan tewas bunuh diri di surau. Ajo Sidi yang mengetahui peristiwa tersebut malah bersikap acuh tak acuh. Beliau hanya berpesan agar jenazah Kakek dilapisi kain kafan sebanyak tujuh lapis. Setelah itu, Ajo Sidi berangkat kerja. Bertahun-tahun setelah kematian Kakek,surau itu menjadi tidak terurus. Bahkan, para perempuan yang membutuhkan kayu bakar mencopoti papan surau itu pada malam hari. Anak-anak di kampung itu pun sering bermain-bermain di dalam surau itu,menambah lapuknya kayu-kayu di tempat yang dulu dianggap orang-orang tempat suci itu. Cerita pendek ini menceritakan tentang Ompi,seorang pensiunan klerk di kantor Residen. Beliau sangat menyayangi anak semata wayangnya, Indra Budiman. Beliau begitu berharap agar sang anak suatu hari menjadi orang sukses. Menjadi dokter,atau paling tidak menjadi insinyur. Begitulah harapan dan mimpinya selalu. Ketika Indra Budiman berangkat ke Jakarta untuk meneruskan sekolahnya di SMA,Ompi merasa yakin bahwa mimpi-mimpinya itu akan segera tercapai. Apalagi,setiap penerimaan rapor, Indra Budiman selalu mengirimkan rapor dengan nilai-nilai yang sangat mampu menamatkan sekolahnya hanya dalam waktu dua tahun dengan nilai yang sangat memuaskan,kemudian melanjutkan pendidikannya untuk menjadi dokter. Bertambah giranglah hati Ompi. Namun, kegembiraan hati Ompi itu hanyalah angan-angan semu. Sebenarnya,sang anak telah rusak karena pergaulan di Jakarta. Selama ini, Indra Budiman telah membohongi sang ayah dengan surat-surat,nilai-nilai rapor,dan ijazah palsu. Tentu saja, orang-orang kampung mengetahui prilaku Indra Budiman di rantau sana. Mereka berusaha memberitahu Ompi tentang hal itu,namun Ompi tidak percaya. Beliau malah memaki orang yang mengabarkan berita itu. Akhirnya,orang-orang kampung di Jakarta sana memutuskan untuk berbohong tentang keadaan Indra Budiman yang sebenarnya ketika mereka pulang kampung dan ditanyai oleh Ompi. Mereka malah mengabarkan bahwa Indra Budiman adalah anak yang rajin dan juga disukai oleh banyak gadis. Mendengar itu, bertambah gembiralah hati Ompi dengan berita-berita bohong itu. Beliau membangga-banggakan anaknya kepada gadis-gadis kampung. Beliau bahkan marah apabila ada orang tua yang mengawinkan anak gadis cantiknya dengan pria lain tanpa mempedulikan anaknya terlebih dahulu. Dalam suratnya, Ompi mengabarkan bahwa sudah banyak gadis yang ingin melamarnya. Sang anak malah percaya dengan kabar ayahnya itu. Ia lupa bahwa hidup bejatnya telah diketahui oleh seluruh orang kampung,kecuali ayahnya,tentu saja. Ia malah meminta ayahnya untuk mengirimkan foto gadis yang ingin itu, panggung sandiwara pun berubah. Sekarang sang ayah yang membohongi anaknya. Ia mengirimkan foto gadis-gadis cantik, baik yang belum menikah ataupun sudah, baik yang masih hidup,ataupun sudah meninggal. Namun,setelah beberapa lama, surat-surat dari Indra Budiman tak pernah datang lagi. Ompi menjadi gelisah. Beliau mengirimkan surat lagi kepada anaknya. Dikirimnya dan dikirimnya terus,namun tak pernah ada balasan. Suatu hari, datanglah Pak Pos mengantarkan surat-surat untuk Ompi. Betapa gembira hati Ompi. Sayang, ternyata surat-surat itu adalah surat-surat yang dikirimnya dulu. Sejak itu, Ompi jatuh setiap hari, pada pukul empat sampai pukul lima sore, Ompi selalu seperti orang sehat. Beliau duduk di teras sambil menantikan Pak Pos. Malangnya, Pak Pos tak kunjung mengantarkan surat untuk beliau. Ompi semakin bertambah sakit,lumpuh. Sejak itu, ia hanya bisa berbaring di tempat tidur. Suatu hari,pukul sebelas pagi,Pak Pos datang. Bukan mengantar surat,tapi mengantar telegram. Entah mengapa,Ompi yang ketika itu lumpuh bisa berdiri dan berjalan mendekati Pak Pos. Beliau merasa sangat bahagia. Beliau yakin bahwa isi telegram itu adalah kabar bahwa Indra Budiman telah lulus dan menjadi telegram itu mengabarkan bahwa Indra Budiman telah tidak mau membaca isi telegram itu. Ompi takut ia akan mati karena terlalu bahagia membaca telegram itu. Ia malah menciumi telegram itu dengan penuh sayangSeorang kakek tua mendapat kiriman surat dari anak semata wayangnya. Dalamsuratnya, sang anak meminta ayahnya untuk berkunjung ke rumahnya. Sang anak mengabarkan bahwa ia telah berkeluarga dan memiliki dua orang anak. Tentu tak terkira senang hati orang tua itu. Betapa tidak, anak yang dulu telah dibuangnya sia-sia malah mengundangnya untuk datang. Sedikit rasa malu dan sesal menyelinap dalam hatinya,mengingat masa lalunya yang kelam. Dulu,ketika anaknya,Masri,masih berumur tiga tahun,sang istri meninggal dunia. Betapa sedihnya hati orang tua itu. Ia merasa sangat kesepian. Akhirnya, beliau memutuskan untuk menikah lagi. Namun,rumah tangga barunya tidak berjalan harmonis. Ia masih terkenang juga akan istri lamanya yang tercinta. Hal tersebut memicu konflik berkepanjangan. Hingga akhirnya,beliau menceraikan istri keduanya. Padahal, sang istri sedang mengandung. Setelah bercerai, orang tua itu menikah lagi. Lalu bercerai lagi. Menikah lagi,bercerai lagi. Sampai akhirnya, orang tua itu bosan menikah. Beliau akhirnya melakukan perbuatan terlarang dengan banyak wanita bayaran. Perbuatan orang tua itu akhirnya diketahui oleh Masri. Namun,beliau malah marah dan mengusir sang anak. Sang anak pun pergi dan tak pernah kembali. Setelah kepergian sang anak, orang tua itu merasa sangat menyesal. Beliau pun menjual seluruh harta kekayaannya dan mewakafkannya pada orang banyak. Kemudian beliau pergi ke dusun yang jauh dan tinggal di masjid. Beliau menghabiskan hidupnya dengan beribadah,sambil terus berusaha untuk mengajak masyarakat di dusun itu hidup dengan damai. Begitu terus selama bertahun-tahun. Sampai suatu hari, orang tua itu menerima surat dari sang anak,memintanya untuk datang ke rumah sang anak. Hatinya merasa ragu. Beliau merasa sangat malu. Sampai empat kali, surat itu terus datang,berisi permintaan yang sama. Tak satupun dibalasnya surat-surat itu. Akhirnya,setelah berpikir sekian lama, orang tua itu pun memutuskan untuk memenuhi permintaan sang anak. Dibuangnya semua rasa malu dan takut. Yang beliau harapkan kini hanyalah maaf dari sang anak. Namun, alangkah terkejutnya beliau ketika tiba di depan rumah sang anak. Mantan istrinya yang kedua,Iyah, yang telah diceraikan dan diusirnya ketika masih mengandung dulu, berdiri berkacak pinggang menyambutnya dengan muka masam. Iyah mengatainya dengan perkataan yang menyakitkan hati. Karena tak ingin bertengkar di rumah anaknya, orang tua itu menahan segala marah dan kesombongannya. Namun,akhirnya beliau dipersilakan masuk dengan terpaksa oleh Iyah. Kemudian, Iyah kembali mencercanya dengan berbagai macam sindiran. Sampai akhirnya, terungkaplah rahasia bahwa Arni,menantuny itu, adalah anak kandungnya. Artinya Masri dan Arni bersaudara. Orang tua itu terkejut dan meminta agar mereka segera diberitahu dan sesegera mungkin bercerai. Iyah tak mengizinkan. Iyah rela dirinya menanggung dosa demi kebahagiaan Masri dan Arni. Mereka berdebat cukup lama. Sampai akhirnya, orang tua itu memutuskan untuk mengalah,membiarkan anak-anaknya hidup dalam kebahagiaan. Beliau pun pergi dengan membawa dosa yang terjadi karena dosa yang diperbuatnya pada masa lalu Cerita pendek ini menceritakan tentang seorang anak yatim piatu bernama Maria. Ia tinggal bersama etek-nya,Mak Pasah, di sebuah rumah di tepi bandar. Maria selalu disiksa oleh Mak Pasah. Setiap hari, terdengar jeritan-jeritan Maria dari rumah itu. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Mak Pasah membuat kue-kue. Ia menyuruh Maria untuk menjajakannya keliling kampung. Kue-kue Mak Pasah itu sebenarnya tidak enak. Namun orang-orang selalu membelinya karena mereka tahu,bila dagangannya tidak terjual habis, Maria akan dipukuli setengah mati. Sementara itu, di belakang rumah Maria,di seberang bandar, terdapat keluarga kecil yang bahagia. Keluarga itu memiliki seorang anak laki-laki. Anak laki-laki itu cukup dekat dengan Maria. Ia terkadang bercakap-cakap dan bermain-main dengan Maria. Tentu saja, sehabis bermain-main, Maria selalu dipukuli oleh Mak Pasah. Oleh karena itu,sang ibu sering melarang anaknya untuk bermain-main dengan Maria. Pada hari ulang tahunnya, anak laki-laki itu dibotaki kepalanya licin-licin. Memang,Ibu sang anak mempunyai kebiasaan membotaki kepala sang anak setiap kali sang anak berulang tahun. Kebiasaan itu terjadi sejak sang anak berumur satu tahun. Setelah dibotaki, sang anak merasa sangat senang. Ia berlari dengan riang gembira,tanpa menyadari keadaan sengaja,ia menyenggol bubur delima Maria yang saat itu datang melihat pembotakan anak laki-laki itu. Tentu saja Maria anak laki-laki itu membujuknya agar setelah sang ayah datang mereka akan mengganti bubur itu. Setelah dibujuk beberapa lama, akhirnya Maria pulang. Saat sang ayah pulang, sang ibu segera pergi ke rumah Maria untuk mengantarkan uang ganti kerugian. Anak laki-laki itu ikut di pintu dapur Mak Pasah,mereka melihat genangan air. Namun, Maria tak ada di sana. Yang muncul hanyalah Mak Pasah,. Ia tertawa-tawa senang. Anak laki-laki itu merasa sangat curiga. Apalagi, malam sebelumnya, anak itu bermimpi Maria disirami air panas oleh hantu-hantu yang mengerikan. Namun, keesokan harinya,anak itu dibawa pergi berlibur ke kota kelahiran sang ayah. Ia lupa akan kejadian tersebut. Ketika kembali, barulah ia tahu bahwa Maria sudah meninggal dunia. Mendengar kabar kematian Maria,sang anak jatuh sakit. Ia merasa bahwa ialah yang menyebabkan Maria meninggal. Sejak kematian Maria, Mak Pasah masih tetap berjualan kue. Ia mencari anak semang lain. Namun,orang-orang tak lagi membeli kue Mak Pasah karena memang kuenya tidak enak. Gagal menjadi pembuat kue, Mak Pasah beralih berdagang emas. Akhirnya,ia menjadi kaya dan menikah dengan lelaki muda. Namun, tiba-Seorang kakek tua mendapat kiriman surat dari anak semata wayangnya. Dalamsuratnya, sang anak meminta ayahnya untuk berkunjung ke rumahnya. Sang anak mengabarkan bahwa ia telah berkeluarga dan memiliki dua orang anak. Tentu tak terkira senang hati orang tua itu. Betapa tidak, anak yang dulu telah dibuangnya sia-sia malah mengundangnya untuk datang. Sedikit rasa malu dan sesal menyelinap dalam hatinya,mengingat masa lalunya yang kelam. Dulu,ketika anaknya,Masri,masih berumur tiga tahun,sang istri meninggal dunia. Betapa sedihnya hati orang tua itu. Ia merasa sangat kesepian. Akhirnya, beliau memutuskan untuk menikah lagi. Namun,rumah tangga barunya tidak berjalan harmonis. Ia masih terkenang juga akan istri lamanya yang tercinta. Hal tersebut memicu konflik berkepanjangan. Hingga akhirnya,beliau menceraikan istri keduanya. Padahal, sang istri sedang mengandung. Setelah bercerai, orang tua itu menikah lagi. Lalu bercerai lagi. Menikah lagi,bercerai lagi. Sampai akhirnya, orang tua itu bosan menikah. Beliau akhirnya melakukan perbuatan terlarang dengan banyak wanita bayaran. Perbuatan orang tua itu akhirnya diketahui oleh Masri. Namun,beliau malah marah dan mengusir sang anak. Sang anak pun pergi dan tak pernah kembali. Setelah kepergian sang anak, orang tua itu merasa sangat menyesal. Beliau pun menjual seluruh harta kekayaannya dan mewakafkannya pada orang banyak. Kemudian beliau pergi ke dusun yang jauh dan tinggal di masjid. Beliau menghabiskan hidupnya dengan beribadah,sambil terus berusaha untuk mengajak masyarakat di dusun itu hidup dengan damai. Begitu terus selama bertahun-tahun. Sampai suatu hari, orang tua itu menerima surat dari sang anak,memintanya untuk datang ke rumah sang anak. Hatinya merasa ragu. Beliau merasa sangat malu. Sampai empat kali, surat itu terus datang,berisi permintaan yang sama. Tak satupun dibalasnya surat-surat itu. Akhirnya,setelah berpikir sekian lama, orang tua itu pun memutuskan untuk memenuhi permintaan sang anak. Dibuangnya semua rasa malu dan takut. Yang beliau harapkan kini hanyalah maaf dari sang anak. Namun, alangkah terkejutnya beliau ketika tiba di depan rumah sang anak. Mantan istrinya yang kedua,Iyah, yang telah diceraikan dan diusirnya ketika masih mengandung dulu, berdiri berkacak pinggang menyambutnya dengan muka masam. Iyah mengatainya dengan perkataan yang menyakitkan hati. Karena tak ingin bertengkar di rumah anaknya, orang tua itu menahan segala marah dan kesombongannya. Namun,akhirnya beliau dipersilakan masuk dengan terpaksa oleh Iyah. Kemudian, Iyah kembali mencercanya dengan berbagai macam sindiran. Sampai akhirnya, terungkaplah rahasia bahwa Arni,menantuny itu, adalah anak kandungnya. Artinya Masri dan Arni bersaudara. Orang tua itu terkejut dan meminta agar mereka segera diberitahu dan sesegera mungkin bercerai. Iyah tak mengizinkan. Iyah rela dirinya menanggung dosa demi kebahagiaan Masri dan Arni. Mereka berdebat cukup lama. Sampai akhirnya, orang tua itu memutuskan untuk mengalah,membiarkan anak-anaknya hidup dalam kebahagiaan. Beliau pun pergi dengan membawa dosa yang terjadi karena dosa yang diperbuatnya pada masa lalu Cerita pendek ini menceritakan tentang seorang anak yatim piatu bernama Maria. Ia tinggal bersama etek-nya,Mak Pasah, di sebuah rumah di tepi bandar. Maria selalu disiksa oleh Mak Pasah. Setiap hari, terdengar jeritan-jeritan Maria dari rumah itu. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Mak Pasah membuat kue-kue. Ia menyuruh Maria untuk menjajakannya keliling kampung. Kue-kue Mak Pasah itu sebenarnya tidak enak. Namun orang-orang selalu membelinya karena mereka tahu,bila dagangannya tidak terjual habis, Maria akan dipukuli setengah mati. Sementara itu, di belakang rumah Maria,di seberang bandar, terdapat keluarga kecil yang bahagia. Keluarga itu memiliki seorang anak laki-laki. Anak laki-laki itu cukup dekat dengan Maria. Ia terkadang bercakap-cakap dan bermain-main dengan Maria. Tentu saja, sehabis bermain-main, Maria selalu dipukuli oleh Mak Pasah. Oleh karena itu,sang ibu sering melarang anaknya untuk bermain-main dengan Maria. Pada hari ulang tahunnya, anak laki-laki itu dibotaki kepalanya licin-licin. Memang,Ibu sang anak mempunyai kebiasaan membotaki kepala sang anak setiap kali sang anak berulang tahun. Kebiasaan itu terjadi sejak sang anak berumur satu tahun. Setelah dibotaki, sang anak merasa sangat senang. Ia berlari dengan riang gembira,tanpa menyadari keadaan sengaja,ia menyenggol bubur delima Maria yang saat itu datang melihat pembotakan anak laki-laki itu. Tentu saja Maria anak laki-laki itu membujuknya agar setelah sang ayah datang mereka akan mengganti bubur itu. Setelah dibujuk beberapa lama, akhirnya Maria pulang. Saat sang ayah pulang, sang ibu segera pergi ke rumah Maria untuk mengantarkan uang ganti kerugian. Anak laki-laki itu ikut di pintu dapur Mak Pasah,mereka melihat genangan air. Namun, Maria tak ada di sana. Yang muncul hanyalah Mak Pasah,. Ia tertawa-tawa senang. Anak laki-laki itu merasa sangat curiga. Apalagi, malam sebelumnya, anak itu bermimpi Maria disirami air panas oleh hantu-hantu yang mengerikan. Namun, keesokan harinya,anak itu dibawa pergi berlibur ke kota kelahiran sang ayah. Ia lupa akan kejadian tersebut. Ketika kembali, barulah ia tahu bahwa Maria sudah meninggal dunia. Mendengar kabar kematian Maria,sang anak jatuh sakit. Ia merasa bahwa ialah yang menyebabkan Maria meninggal. Sejak kematian Maria, Mak Pasah masih tetap berjualan kue. Ia mencari anak semang lain. Namun,orang-orang tak lagi membeli kue Mak Pasah karena memang kuenya tidak enak. Gagal menjadi pembuat kue, Mak Pasah beralih berdagang emas. Akhirnya,ia menjadi kaya dan menikah dengan lelaki tahu isi telegram yang sebenarnya,juga kebohongan-kebohongan yang telah dirangkai dengan manis oleh Indra Budiman,anak semata wayangnya. Orang-orang tua, tentu saja,gemar memberi nasihat. Seperti halnya pada tokoh orang tua dalam cerpen Navis ini. Ketika Hasibuan,seorang anak muda yang tinggal menumpang di kamar depannya meminta nasihat,beliau dengan senang hati memberikan nasihatnya yang berharga. Hasibuan menceritakan bahwa ia bertemu gadis desa di bus dalam perjalanan ke kantor pagi bercakap-cakap sebentar,tentunya tentang hal-hal yang tidak berarti. Namun,ketika akan berpisah, gadis tersebut tak mau ditinggalkan. Akhirnya Hasibuan menitipkan gadis itu pada kenalannya di tepi kota dan berjanji menemui gadis tersebut keesokan harinya. Orang tua itu pun memberikan nasihat untuk tidak menemui gadis tersebut karena beliau yakin bahwa gadis itu kurang waras. Esoknya,saat makan siang sepulang kerja,orang tua itu pun bertanya pada Hasibuan tentang gadis Seorang kakek tua mendapat kiriman surat dari anak semata wayangnya. Dalamsuratnya, sang anak meminta ayahnya untuk berkunjung ke rumahnya. Sang anak mengabarkan bahwa ia telah berkeluarga dan memiliki dua orang anak. Tentu tak terkira senang hati orang tua itu. Betapa tidak, anak yang dulu telah dibuangnya sia-sia malah mengundangnya untuk datang. Sedikit rasa malu dan sesal menyelinap dalam hatinya,mengingat masa lalunya yang kelam. Dulu,ketika anaknya,Masri,masih berumur tiga tahun,sang istri meninggal dunia. Betapa sedihnya hati orang tua itu. Ia merasa sangat kesepian. Akhirnya, beliau memutuskan untuk menikah lagi. Namun,rumah tangga barunya tidak berjalan harmonis. Ia masih terkenang juga akan istri lamanya yang tercinta. Hal tersebut memicu konflik berkepanjangan. Hingga akhirnya,beliau menceraikan istri keduanya. Padahal, sang istri sedang mengandung. Setelah bercerai, orang tua itu menikah lagi. Lalu bercerai lagi. Menikah lagi,bercerai lagi. Sampai akhirnya, orang tua itu bosan menikah. Beliau akhirnya melakukan perbuatan terlarang dengan banyak wanita bayaran. Perbuatan orang tua itu akhirnya diketahui oleh Masri. Namun,beliau malah marah dan mengusir sang anak. Sang anak pun pergi dan tak pernah kembali. Setelah kepergian sang anak, orang tua itu merasa sangat menyesal. Beliau pun menjual seluruh harta kekayaannya dan mewakafkannya pada orang banyak. Kemudian beliau pergi ke dusun yang jauh dan tinggal di masjid. Beliau menghabiskan hidupnya dengan beribadah,sambil terus berusaha untuk mengajak masyarakat di dusun itu hidup dengan damai. Begitu terus selama bertahun-tahun. Sampai suatu hari, orang tua itu menerima surat dari sang anak,memintanya untuk datang ke rumah sang anak. Hatinya merasa ragu. Beliau merasa sangat malu. Sampai empat kali, surat itu terus datang,berisi permintaan yang sama. Tak satupun dibalasnya surat-surat itu. Akhirnya,setelah berpikir sekian lama, orang tua itu pun memutuskan untuk memenuhi permintaan sang anak. Dibuangnya semua rasa malu dan takut. Yang beliau harapkan kini hanyalah maaf dari sang anak. Namun, alangkah terkejutnya beliau ketika tiba di depan rumah sang anak. Mantan istrinya yang kedua,Iyah, yang telah diceraikan dan diusirnya ketika masih mengandung dulu, berdiri berkacak pinggang menyambutnya dengan muka masam. Iyah mengatainya dengan perkataan yang menyakitkan hati. Karena tak ingin bertengkar di rumah anaknya, orang tua itu menahan segala marah dan kesombongannya. Namun,akhirnya beliau dipersilakan masuk dengan terpaksa oleh Iyah. Kemudian, Iyah kembali mencercanya dengan berbagai macam sindiran. Sampai akhirnya, terungkaplah rahasia bahwa Arni,menantuny itu, adalah anak kandungnya. Artinya Masri dan Arni bersaudara. Orang tua itu terkejut dan meminta agar mereka segera diberitahu dan sesegera mungkin bercerai. Iyah tak mengizinkan. Iyah rela dirinya menanggung dosa demi kebahagiaan Masri dan Arni. Mereka berdebat cukup lama. Sampai akhirnya, orang tua itu memutuskan untuk mengalah,membiarkan anak-anaknya hidup dalam kebahagiaan. Beliau pun pergi dengan membawa dosa yang terjadi karena dosa yang diperbuatnya pada masa lalu Cerita pendek ini menceritakan tentang seorang anak yatim piatu bernama Maria. Ia tinggal bersama etek-nya,Mak Pasah, di sebuah rumah di tepi bandar. Maria selalu disiksa oleh Mak Pasah. Setiap hari, terdengar jeritan-jeritan Maria dari rumah itu. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Mak Pasah membuat kue-kue. Ia menyuruh Maria untuk menjajakannya keliling kampung. Kue-kue Mak Pasah itu sebenarnya tidak enak. Namun orang-orang selalu membelinya karena mereka tahu,bila dagangannya tidak terjual habis, Maria akan dipukuli setengah mati. Sementara itu, di belakang rumah Maria,di seberang bandar, terdapat keluarga kecil yang bahagia. Keluarga itu memiliki seorang anak laki-laki. Anak laki-laki itu cukup dekat dengan Maria. Ia terkadang bercakap-cakap dan bermain-main dengan Maria. Tentu saja, sehabis bermain-main, Maria selalu dipukuli oleh Mak Pasah. Oleh karena itu,sang ibu sering melarang anaknya untuk bermain-main dengan Maria. Pada hari ulang tahunnya, anak laki-laki itu dibotaki kepalanya licin-licin. Memang,Ibu sang anak mempunyai kebiasaan membotaki kepala sang anak setiap kali sang anak berulang tahun. Kebiasaan itu terjadi sejak sang anak berumur satu tahun. Setelah dibotaki, sang anak merasa sangat senang. Ia berlari dengan riang gembira,tanpa menyadari keadaan sengaja,ia menyenggol bubur delima Maria yang saat itu datang melihat pembotakan anak laki-laki itu. Tentu saja Maria anak laki-laki itu membujuknya agar setelah sang ayah datang mereka akan mengganti bubur itu. Setelah dibujuk beberapa lama, akhirnya Maria pulang. Saat sang ayah pulang, sang ibu segera pergi ke rumah Maria untuk mengantarkan uang ganti kerugian. Anak laki-laki itu ikut di pintu dapur Mak Pasah,mereka melihat genangan air. Namun, Maria tak ada di sana. Yang muncul hanyalah Mak Pasah,. Ia tertawa-tawa senang. Anak laki-laki itu merasa sangat curiga. Apalagi, malam sebelumnya, anak itu bermimpi Maria disirami air panas oleh hantu-hantu yang mengerikan. Namun, keesokan harinya,anak itu dibawa pergi berlibur ke kota kelahiran sang ayah. Ia lupa akan kejadian tersebut. Ketika kembali, barulah ia tahu bahwa Maria sudah meninggal dunia. Mendengar kabar kematian Maria,sang anak jatuh sakit. Ia merasa bahwa ialah yang menyebabkan Maria meninggal. Sejak kematian Maria, Mak Pasah masih tetap berjualan kue. Ia mencari anak semang lain. Namun,orang-orang tak lagi membeli kue Mak Pasah karena memang kuenya tidak enak. Gagal menjadi pembuat kue, Mak Pasah beralih berdagang emas. Akhirnya,ia menjadi kaya dan menikah dengan lelaki dan meminta agar mereka segera diberitahu dan sesegera mungkin bercerai. Iyah tak mengizinkan. Iyah rela dirinya menanggung dosa demi kebahagiaan Masri dan Arni. Mereka berdebat cukup lama. Sampai akhirnya, orang tua itu memutuskan untuk mengalah,membiarkan anak-anaknya hidup dalam kebahagiaan. Beliau pun pergi dengan membawa dosa yang terjadi karena dosa yang diperbuatnya pada masa lalu Cerita pendek ini menceritakan tentang seorang anak yatim piatu bernama Maria. Ia tinggal bersama etek-nya,Mak Pasah, di sebuah rumah di tepi bandar. Maria selalu disiksa oleh Mak Pasah. Setiap hari, terdengar jeritan-jeritan Maria dari rumah itu. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Mak Pasah membuat kue-kue. Ia menyuruh Maria untuk menjajakannya keliling kampung. Kue-kue Mak Pasah itu sebenarnya tidak enak. Namun orang-orang selalu membelinya karena mereka tahu,bila dagangannya tidak terjual habis, Maria akan dipukuli setengah mati. Sementara itu, di belakang rumah Maria,di seberang bandar, terdapat keluarga kecil yang bahagia. Keluarga itu memiliki seorang anak laki-laki. Anak laki-laki itu cukup dekat dengan Maria. Ia terkadang bercakap-cakap dan bermain-main dengan Maria. Tentu saja, sehabis bermain-main, Maria selalu dipukuli oleh Mak Pasah. Oleh karena itu,sang ibu sering melarang anaknya untuk bermain-main dengan Maria. Pada hari ulang tahunnya, anak laki-laki itu dibotaki kepalanya licin-licin. Memang,Ibu sang anak mempunyai kebiasaan membotaki kepala sang anak setiap kali sang anak berulang tahun. Kebiasaan itu terjadi sejak sang anak berumur satu tahun. Setelah dibotaki, sang anak merasa sangat senang. Ia berlari dengan riang gembira,tanpa menyadari keadaan sengaja,ia menyenggol bubur delima Maria yang saat itu datang melihat pembotakan anak laki-laki itu. Tentu saja Maria anak laki-laki itu membujuknya agar setelah sang ayah datang mereka akan mengganti bubur itu. Setelah dibujuk beberapa lama, akhirnya Maria pulang. Saat sang ayah pulang, sang ibu segera pergi ke rumah Maria untuk mengantarkan uang ganti kerugian. Anak laki-laki itu ikut di pintu dapur Mak Pasah,mereka melihat genangan air. Namun, Maria tak ada di sana. Yang muncul hanyalah Mak Pasah,. Ia tertawa-tawa senang. Anak laki-laki itu merasa sangat curiga. Apalagi, malam sebelumnya, anak itu bermimpi Maria disirami air panas oleh hantu-hantu yang mengerikan. Namun, keesokan harinya,anak itu dibawa pergi berlibur ke kota kelahiran sang ayah. Ia lupa akan kejadian tersebut. Ketika kembali, barulah ia tahu bahwa Maria sudah meninggal dunia. Mendengar kabar kematian Maria,sang anak jatuh sakit. Ia merasa bahwa ialah yang menyebabkan Maria meninggal. Sejak kematian Maria, Mak Pasah masih tetap berjualan kue. Ia mencari anak semang lain. Namun,orang-orang tak lagi membeli kue Mak Pasah karena memang kuenya tidak enak. Gagal menjadi pembuat kue, Mak Pasah beralih berdagang emas. Akhirnya,ia menjadi kaya dan menikah dengan lelaki muda. olok-olokan itu diterima Pak Kari dengan sabar. Namun,suatu hari, kesabaran Pak Kari habis juga. Ia meledak marah ketika tukang rem lainnya mempermainkan topi helmnya. Sejak saat itu, tak ada satu pun orang yang mau mempermainkan topi helm Pak Kari. Namun,suatu pagi, Pak Kari melakukan kesalahan karena menyelamatkan topi helmnya. Ia meninggalkan gerbongnya dan mengambil topi helmnya yang terjatuh di tepi sungai. Orang-Orang mengira Pak Kari terjatuh dan tewas. Sang masinis memerintahkan agar kereta api kembali ke jembatan yang diperkirakan tempat Pak Kari terjatuh. Ternyata,beberapa meter dari jembatan itu, Pak Kari muncul dalam keadaan baik-baik saja. Tentu saja semua orang marah, terutama sang masinis. Bahkan, sang masinis melemparkan topi helm Pak Kari ke dalam api. Beberapa lama kemudian,orang-orang telah melupakan kejadian itu. Namun, tentu saja Pak Kari tak akan lupa pada topi helmnya. Topi yang membawa kebanggaan tersendiri bagi Kari merasa dendam, namun dendam itu disimpannya dalam hati. Suatu hari ketika sang masinis memeriksa pekerjaan Pak Kari yang sedang membersihkan tungku api di lok kereta,Pak Kari merasa ingin membalas dendam saat itu juga. Maka,ia melemparkan arang yang berpijar ke arah masinis itu. Dendamnya terbayar lunas,tanpa sedikitpun rasa bersalah dalam hatinya. Seorang kakek tua mendapat kiriman surat dari anak semata wayangnya. Dalamsuratnya, sang anak meminta ayahnya untuk berkunjung ke rumahnya. Sang anak mengabarkan bahwa ia telah berkeluarga dan memiliki dua orang anak. Tentu tak terkira senang hati orang tua itu. Betapa tidak, anak yang dulu telah dibuangnya sia-sia malah mengundangnya untuk datang. Sedikit rasa malu dan sesal menyelinap dalam hatinya,mengingat masa lalunya yang kelam. Dulu,ketika anaknya,Masri,masih berumur tiga tahun,sang istri meninggal dunia. Betapa sedihnya hati orang tua itu. Ia merasa sangat kesepian. Akhirnya, beliau memutuskan untuk menikah lagi. Namun,rumah tangga barunya tidak berjalan harmonis. Ia masih terkenang juga akan istri lamanya yang tercinta. Hal tersebut memicu konflik berkepanjangan. Hingga akhirnya,beliau menceraikan istri keduanya. Padahal, sang istri sedang mengandung. Setelah bercerai, orang tua itu menikah lagi. Lalu bercerai lagi. Menikah lagi,bercerai lagi. Sampai akhirnya, orang tua itu bosan menikah. Beliau akhirnya melakukan perbuatan terlarang dengan banyak wanita bayaran. Perbuatan orang tua itu akhirnya diketahui oleh Masri. Namun,beliau malah marah dan mengusir sang anak. Sang anak pun pergi dan tak pernah kembali. Setelah kepergian sang anak, orang tua itu merasa sangat menyesal. Beliau pun menjual seluruh harta kekayaannya dan mewakafkannya pada orang banyak. Kemudian beliau pergi ke dusun yang jauh dan tinggal di masjid. Beliau menghabiskan hidupnya dengan beribadah,sambil terus berusaha untuk mengajak masyarakat di dusun itu hidup dengan damai. Begitu terus selama bertahun-tahun. Sampai suatu hari, orang tua itu menerima surat dari sang anak,memintanya untuk datang ke rumah sang anak. Hatinya merasa ragu. Beliau merasa sangat malu. Sampai empat kali, surat itu terus datang,berisi permintaan yang sama. Tak satupun dibalasnya surat-surat itu. Akhirnya,setelah berpikir sekian lama, orang tua itu pun memutuskan untuk memenuhi permintaan sang anak. Dibuangnya semua rasa malu dan takut. Yang beliau harapkan kini hanyalah maaf dari sang anak. Namun, alangkah terkejutnya beliau ketika tiba di depan rumah sang anak. Mantan istrinya yang kedua,Iyah, yang telah diceraikan dan diusirnya ketika masih mengandung dulu, berdiri berkacak pinggang menyambutnya dengan muka masam. Iyah mengatainya dengan perkataan yang menyakitkan hati. Karena tak ingin bertengkar di rumah anaknya, orang tua itu menahan segala marah dan kesombongannya. Namun,akhirnya beliau dipersilakan masuk dengan terpaksa oleh Iyah. Kemudian, Iyah kembali mencercanya dengan berbagai macam sindiran. Sampai akhirnya, terungkaplah rahasia bahwa Arni,menantuny itu, adalah anak kandungnya. Artinya Masri dan Arni bersaudara. Orang tua itu terkejut dan meminta agar mereka segera diberitahu dan sesegera mungkin bercerai. Iyah tak mengizinkan. Iyah rela dirinya menanggung dosa demi kebahagiaan Masri dan Arni. Mereka berdebat cukup lama. Sampai akhirnya, orang tua itu memutuskan untuk mengalah,membiarkan anak-anaknya hidup dalam kebahagiaan. Beliau pun pergi dengan membawa dosa yang terjadi karena dosa yang diperbuatnya pada masa lalu Cerita pendek ini menceritakan tentang seorang anak yatim piatu bernama Maria. Ia tinggal bersama etek-nya,Mak Pasah, di sebuah rumah di tepi bandar. Maria selalu disiksa oleh Mak Pasah. Setiap hari, terdengar jeritan-jeritan Maria dari rumah itu. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, Mak Pasah membuat kue-kue. Ia menyuruh Maria untuk menjajakannya keliling kampung. Kue-kue Mak Pasah itu sebenarnya tidak enak. Namun orang-orang selalu membelinya karena mereka tahu,bila dagangannya tidak terjual habis, Maria akan dipukuli setengah mati. Sementara itu, di belakang rumah Maria,di seberang bandar, terdapat keluarga kecil yang bahagia. Keluarga itu memiliki seorang anak laki-laki. Anak laki-laki itu cukup dekat dengan Maria. Ia terkadang bercakap-cakap dan bermain-main dengan Maria. Tentu saja, sehabis bermain-main, Maria selalu dipukuli oleh Mak Pasah. Oleh karena itu,sang ibu sering melarang anaknya untuk bermain-main dengan Maria. Pada hari ulang tahunnya, anak laki-laki itu dibotaki kepalanya licin-licin. Memang,Ibu sang anak mempunyai kebiasaan membotaki kepala sang anak setiap kali sang anak berulang tahun. Kebiasaan itu terjadi sejak sang anak berumur satu tahun. Setelah dibotaki, sang anak merasa sangat senang. Ia berlari dengan riang gembira,tanpa menyadari keadaan sengaja,ia menyenggol bubur delima Maria yang saat itu datang melihat pembotakan anak laki-laki itu. Tentu saja Maria anak laki-laki itu membujuknya agar setelah sang ayah datang mereka akan mengganti bubur itu. Setelah dibujuk beberapa lama, akhirnya Maria pulang. Saat sang ayah pulang, sang ibu segera pergi ke rumah Maria untuk mengantarkan uang ganti kerugian. Anak laki-laki itu ikut di pintu dapur Mak Pasah,mereka melihat genangan air. Namun, Maria tak ada di sana. Yang muncul hanyalah Mak Pasah,. Ia tertawa-tawa senang. Anak laki-laki itu merasa sangat curiga. Apalagi, malam sebelumnya, anak itu bermimpi Maria disirami air panas oleh hantu-hantu yang mengerikan. Namun, keesokan harinya,anak itu dibawa pergi berlibur ke kota kelahiran sang ayah. Ia lupa akan kejadian tersebut. Ketika kembali, barulah ia tahu bahwa Maria sudah meninggal dunia. Mendengar kabar kematian Maria,sang anak jatuh sakit. Ia merasa bahwa ialah yang menyebabkan Maria meninggal. Sejak kematian Maria, Mak Pasah masih tetap berjualan kue. Ia mencari anak semang lain. Namun,orang-orang tak lagi membeli kue Mak Pasah karena memang kuenya tidak enak. Gagal menjadi pembuat kue, Mak Pasah beralih berdagang emas. Akhirnya,ia menjadi kaya dan menikah dengan lelaki muda. Nun,begitu namanya. Ia adalah seorang gadis mantan pejuang kemerdekaan. Kedua tangannya buntung akibat perang. Padahal, dulu ia sangat digemari oleh para lelaki. Para lelaki berlomba-lomba untuk mendapatkan cintanya. Setelah perang, ia tak lagi dipedulikan orang. Apalagi dengan keadaannya sekarang. Suatu hari,ia bertemu dengan Har, lelaki yang dulu dicintai dan mencintainya. Mereka bercakap-cakap mengenang masa lalu. Sementara itu, angin dari gunung bertiup di belakang mereka. Nun tahu, Har kini telah berkeluarga. Ia telah memiliki dua orang saja mereka tidak akan mungkin bersatu juga bercerita panjang lebar. Menceritakan masa lalu,juga harapan-harapannya yang telah pupus. Namun, Har diam saja. Berbagai macam pikiran berkecamuk dalam hatinya. Ia memang tak mencintai Nun lagi, tapi tentu saja ia merasa iba. Ia ingin menolong Nun, membawanya ke pusat rehabilitasi di Solo. Namun, Nun tidak mau. Ia tak ingin lagi dirinya mengalami hal seperti dulu lagi. Dipuja-puja,namun setelah tak dibutuhkan,dibuang saja. Har semakin gelisah. Apalagi Nun menyindirnya datanglah seorang gadis kecil memanggil Nun pulang. Har menatap kepergian Nun dan gadis kecil itu dengan perasaan hampa. Hanya angin dari gunung yang terasa meniup dirinya,Nun,dan gadis kecil itu. Sudut pandang dari cerpen RSK karya Navis adalah “Aku tokoh tambahan”. Tokoh aku hadir untuk untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedang tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian dibiarkan untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Setelah cerita tokoh utama habis, tokoh aku tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang bis, Tuan akan berenti di dekat Dan di pelataran kiri suaru itu akan Tuan temui orang tua yang biasanya duduk di saman dengan segala tingkah ketuannya dan ketaatannya beribadat. 54 Ibid., hlm. 5. 55 Ibid., hlm. 12. 56 Ibid., hlm. 13. 57 Ibid., hlm. 1. Sudah bertahun-tahun ia sebagai garin, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya Dari kutipan di atas terlihat bahwa tokoh Aku disini berperan sebagai pengantar cerita dalam memperkenalkan tokoh utama yaitu tokoh Kakek. Selain itu tokoh Aku juga menjadi pengantar pembaca untuk memasuki ke dalam cerita yang akan diceritakan langsung oleh tokoh utama tersebut. Dan biang keladi dari kerobohan ini ialah sebuah dongengan yang tak dapat disangkal kebenarannya. Beginilah Tapi aku tak perlu menjawabnya lagi. Sebab aku tahu , kalau Kakek sudah membuka mulutnya, dia takkan diam lagi. Aku biarkan Kakek dengan pertanyaanya Setelah tokoh utama berkisah sendiri mengenai pengalamannya secara langsung, tokoh Aku hadir kembali di akhir cerita untuk menceritakan kejadian-kejadian yang terjadi selanjutnya pada tokoh utama dalam cerita ini. Demikianlah cerita Ajo Sidi yang kudengar dari Kakek. Cerita yang memurungkan “Astaga! Ajo Sidi punya gara-gara,” kataku seraya cepat-cepat meninggalkan istriku yang 3. Alur 58 Ibid. 59 Ibid., hlm. 2. 60 Ibid., hlm. 4. 61 Ibid., hlm. 12. 62 Ibid., hlm. 13. Pada tahap penyituasian situation, kisah dimulai ketika Aku bertemu Tuan dan bercerita mengenai surau yang sebetar lagi akan roboh karena Kakek sudah tiada lagi sehingga tak ada yang merawatnya lagi. Tapi Kakek ini sudah tidak ada lagi sekarang. Ia sudah meninggal. Dan tinggallah surau itu tanpa penjaganya... 63 Jika Tuan datang sekarang, hanya akan menjumpai gambaran yang mengesankan suatu kesucian yang bakal Dan biang keladi dari kerobohan ini ialah sebuah dongengan yang tak dapat disangkal kebenarannya. Beginilah Pada tahap pemunculan konflik generating circumstances dimulai ketika tokoh Aku bertemu Kakek yang sedang murung, tidak seperti biasanya yang selalu bergembira ketika bertemu tokoh Aku. Sekali hari aku datang pula mengupah kepada Kakek. Biasanya Kakek gembira menerimaku, karena aku suka memberi uang. Tapi sekali ini Kakek begitu Tidak pernah aku melihat Kakek begitu durja dan pernah salam tak disahutinya seperti saat itu. Kemudiang aku duduk di sampingnya dan aku jamah pisau itu. Dan aku tanya Kakek, “Pisau siapa, Kek?” “Ajo Sidi.”67 Pada tahap konflik yang semakin meningkat ditandai ketika tokoh Kakek mempertanyakan kesalahan atas tindakannya selama ini yang menurut bualan Ajo Sidi adalam manusia terkutuk. Tokoh Kakek pun mengalami konflik batin. ... “Apa ceritanya, Kek?” “Siapa?” 63 Ibid., hlm. 2. 64 Ibid. 65 Ibid. 66 Ibid., hlm. 2—3. 67 Ibid., hlm. 3. “Ajo Sidi.” “Kurang ajar dia,” Kakek menjawab. “Kenapa?” “Mudah-mudahan pisau cukur ini, yang kuasah tajam-tajam ini, menggoroh tenggorokannya.” “Kakek marah?” “Marah? Ya, kalau aku masih muda, tapi aku sudah tua. Orang tua menahan ragam. Sudah begitu lama aku tak marah-marah lagi. Takut aku kalau imanku rusak karenanya, ibadatku rusak ‗Alhamdulillah’ kataku bila aku menerima karunia-Nya. ‗Astagfirullah kataku bila aku terkejut. ‗Masya Allah’, kataku bila aku kagum. Apa salahnya pekerjaanku itu? Tapi kini aku dikatakan manusia Pada tahap klimaks, tokoh Kakek tidak kuat lagi akan konflik yang terjadi dalam dirinya. Pemuncakkan konflik tersebut tokoh Kakek menangis dan menceritakan bualan dari Ajo Sidi. “Ia tak mengatakan aku terkutuk. Tapi begitulah kira-kiranya.”70 Dan aku melihat mata Kakek berlinang aku jadi belas kepadanya. Dalam hati aku mengumpati Ajo Sidi. Tapi aku lebih ingin mengetahui apa cerita Ajo Sidi yang begitu memukul hati Kakek. Dan akhirnya Kakek bercerita Akhirnya tokoh Kakek bunuh diri sebagai tahap penyelesaian dari cerita ini. “Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia menggoroh lehernya dengan pisau cukur.”72 68 Ibid., hlm. 4. 69 Ibid., hlm. 5. 70 Ibid. 71 Ibid. 72 Ibid., hlm. 13. 4. Latar Latar tempat pada cerpen Robohnya Surau Kami tidak di jelaskan secara tersurat tetapi ada beberapa indikasi yang menunjukan latar tempat dari cerita tersebut. Kata garin kata asli dari bahasa daerah Padang yang artinya penjaga surau atau orang yang suka azan di surau atau mushola. Sudah bertahun-tahun ia sebagai garin, penjaga surau itu. Orang-orang memanggilnya Selain kata garin, terdapat penyebutan kata Ajo untuk memangil tokoh Ajo Sidi. Ajo atau Uniang umum digunakan di daerah pesisir minang terutama di padang, padang pariaman, dan Maka dapat disimpulkan bahwa cerita pada cerpen ini terjadi di daerah Padang Pariaman. Maka aku ingat Ajo Sidi, si pembual itu. Sudah lama aku tak ketemu Latar waktu peristiwa pada cerpen ini terjadi selama dua hari. Hal ini terlihat ketika tokoh aku mendatangi Kakek. Kemudian setelah hari itu tokoh Kakek diketemukan telah meninggal di waktu subuh. Sekali hari aku datang mengupah kepada Kakek. Biasanya kakek bergembira menerimaku, karena aku suka memberinya “Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia menggoroh lehernya dengan pisau cukur.”77 Latar sosial yang terjadi pada cerita yaitu keadaan masyarakat yang sangat senang mendengar dan membuat bualan dalam bentuk sindiran 73 Ibid., hlm. 1. 74Palito Alam, “dendeng Ciek Uda...Keapa Ikan Ciek Ajo” artikel di akses pada 19 Juli. http// 75 Robohnya Surau Kami. Jakarta Gramedia. 2010. hlm. 3. 76 Ibid., hlm. 2—3. 77 terhadap suatu hal. Hal ini juga terlihat karena masyarakat Pariaman memang sangat terkenal karena kemampuannya dalam menyindir dan Aku senang mendengar bualannya. Ajo Sidi bisa mengikat orang-orang dengan Sebagai pembual, sukses terbesar baginya ialah karena semua pelaku-pelaku yang diceritakannya menjadi model orang untuk diejek dan ceritanya menjadi pameo akhirnya80 5. Tema Tema theme, menurut Stanton dan Kenny adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita81. Tema dapat dibagi menjadi tema tradisional dan tema nontradisional. Pada umumnya tema tradisional merupakan tema yang digemari orang dengan status sosial apa pun, di manapun, dan kapanpun. Selain hal-hal yang bersifat tradisional, tema sebuah karya mungkin saja mengangkat sesuatu yang tidak lazim, katakan sesuatu yang bersifat nontradisional. Karena sifatnya yang nontradisional, tema yang demikian, mungkin tidak sesuai dengan harapan pembaca, bersifat melawan arus, mengejutkan, bahkan boleh jadi mengesalkan, mengecewakan atau berbagai reaksi afektif yang lain. Tema pada cerpen RSK karya Navis adalah Kelemahan Iman. Tema pada cerpen ini merupakan tema nontradisional karena akhir cerita pada cerpen ini tidak sesuai dengan harapan pembaca. Tak kupikirkan hidupku sendiri. Aku tak ingin kaya, bikin rumah. Segala kehidupanku, lahir batin, keserahkan kepada Allah subhanahu wataala. Tak 78 Idris, Soewardi, “ Navis dan Cerpen Dunia Akhirat.” Dalam Abrar Yusra, ed. Otobiografi Navis. Yogyakarta Pustaka Utama. 2008. hlm. 388. 79 hlm. 3. 80 Ibid. 81 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi Yogyakarya Gadjah Mada University Press, 2005, hlm. 67 pernah aku menyusahkan orang lain. Lalat seekor enggan aku Di awal cerita seperti pada kutipan di atas cerpen ini memberikan harapan melalui tokoh utama protagonis bahwa tokoh protagonis ini merupakan perwujudan dari tokoh yang dapat dikagumi oleh pembaca namun pada akhir cerita hal yang mengecewakan terjadi yaitu tokoh utama protagonis melakukan perbuatan yang tidak diharapkan oleh pembaca yaitu bunuh diri. Perbuatan ini merupakan perbuatan melawan arus dari karakter nilai agama yang dimiliki oleh tokoh tersebut. “Ya. Tadi subuh Kakek kedapatan mati di suraunya dalam keadaan yang mengerikan sekali. Ia mengguruh lehernya dengan pisau cukur.”83 Dari unsur-unsur intrinsik yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa cerpen ini menyajikan karakter tokoh yang kuat. Hal ini terlihat dari dialog-dialog tokoh yang sangat menggambarkan karakter tokoh tersebut. Karakter tokoh juga sangat mewakili watak dari realitas yang ada. Ini terkait pula dengan latar sosial yang ingin disampaika Navis yang menggambarkan keadaan sosial masyarakat Padang Pariaman pada masa itu senang mencemooh melalui bulannya. Dari ide tersebutlah navis mengangkatnya menjadi sebuah karya sastra. Action dari pergerakan alur di awal cerita sangat padat namun dari bagian konflik hingga penyelesaian menjadi sedikit lambat. Hal ini terkait mengenai penjelasan sebab dari pemunculan konflik pada awal cerita yang dijelaskan pada bagian klimaks menuju penyelesaian. Tidak hanya itu, di akhir cerita pun pembaca masih dikejutkan karena tokoh utama yang tidak sesuai dengan harapan pembaca. Tokoh utama mati dengan cara yang tidak diinginkan oleh pembaca yaitu bunuh diri. Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa cerpen ini menyajikan hal yang baru bagi perkembangan sastra pada 82 hlm. 5. 83 masa itu mungkin hingga saat ini. maka, wajarlah jika cerpen ini menjadi salah satu cerpen yang fenomenal dan masih dikritisi hingga saat ini. b. Respons Pembaca Remaja Terhadap Cerpen Robohnya Surau Kami Karya Navis Dalam penelitian mengenai respons pembaca remaja peneliti menggunakan cerpen RSK karya Navis karena seperti yang telah disampaikan pada penjelasan sebelumnya cerpen RSK karya Navis merupakan cerpen yang respons pembaca remaja terhadap cerpen RSK karya Navis menggunakan dua jenis kuesioner. Kuesioner pertama dengan nama kuesioner A dan kuesioner kedua dengan nama kuesioner B. 1. Kuesioner A Kuesioner A menggunakan pengembangan suatu metodologi sebagai landasan untuk menentukan rasionalisasi value judgments yang diberikan pembaca terhadap suatu teks sastra. Alasan yang mendasari orientasi yang lebih diarahkan pada pembaca karena adanya kenyataan bahwa dari pembaca itulah kita harus membuktikan reaksi evaluatif. Dalam kuesioner ini terbagi dua pertanyaan. Pertama, mengenai frekuesi responden dalam membaca cerpen. Kedua, petanyaan berpusat pada kriteria apa yang digunakan pembaca sebagai dasar penilaian pembaca terhadap teks sastra khususnya cerpen dan apakah pembaca menentukan fungsi estetis suatu teks sastra sebagai hal yang dominan. Hal ini juga berkaitan erat dengan jenis pembaca yang jadi fokus penelitian ini. Maka diberikan pula penilaian mengenai tingkat kebiasaan pembaca dalam membaca cerpen. Tabel Pertanyaan Seberapa sering Anda membaca cerita pendek? No Pilihan jawaban Jumlah Persentase 1 Sangat Sering 2 10 2 Sering 5 25 3 Kadang-kadang 8 40 4 Jarang 5 25 5 Tidak Pernah Sama Sekali - - Jumlah 20 100 Dari Tabel terlihat bahwa 2 reponden dari 20 responden menyatakan bahwa sangat sering dalam membaca cerpen dan 5 responden menyatakan bahwa frekuesi sering menjadi pilihan dalam membaca cerpen. Responden terbanyak menyatakan hanya kadang-kadang dalam membaca cerpen dengan jumalah 8 responden dan 5 responden dari 20 responden menyatakan diri jarang dalam membaca cerpen. Pada kategori tidak pernah sama sekali, tidak ada responden yang memilih kategori tersebut. Dari persentase keseluruhan maka dapat dinyatakan dalam membaca cerpen kebanyakan dari responden memilih frekuensi kadang-kadang dengan jumlah persentase 40 persen. Sedangkan responden yang memprioritaskan kegiatan membaca yang diisi dengan membaca cerpen dengan frekuensi sangat seringa hanya 10 % dari 100 persen. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa membaca cerpen bagi responden bukan menjadi kegiatan membaca yang diprioritaskan. Responden lebih banyak memilih kegiatan membaca hal yang lain sebagai kegiatan utama membaca atau memang kegiatan membaca bukanlah menjadi prioritas dari kegiatan yang dikhususkan bagi responden. Tabel Pertanyaan Kriteria manakah yang menurut Anda harus terdapat dalam cerpen yang “baik”? a. Responden 1 Kriteria emosional No Jawaban 1 Menyentuh hati 2 Memiliki makna yang mendalam 3 Bisa memotivasi pembaca dengan baik 4 Dapat mempermainkan emosi pembaca dengan baik 5 Realistis dengan kehidupan nyata Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Diksi bagus 2 Kosakata beragam 3 Tidak kaku dalam bahasanya 4 Alur menarik dan membuat penasaran 5 Judul menarik b. Responden 2 Kriteria emosional No Jawaban 1 Cerpen yang bisa membuat pembacanya terhanyut 2 Cerpen yang bisa membuat tegang 3 Cerpen yang bisa membuat penasaran 4 Cerpen yang bisa membuat terharu 5 Cerpen yang emosional Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Menggunakan gaya bahasa yang baku 2 Memuat alur maju ataupun mundur 3 Penyelesaian cerpen tidak menggantung 4 Memiliki bermacam-macam latar 5 Memiliki tokoh pendamping c. Responden 3 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang menarik pembaca kedalam suasana cerita 2 Yang bisa membuat menangis pembaca jika ceritanya sedih 3 Yang dapat memotivasi pembaca 4 Bisa menimbulkan rasa penasaran atau keingintahuan 5 Dapat membuat pembaca tertawa saat ada peristiwa lucu Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Alurnya jelas 2 Memiliki bahasa yang lugas dan mudah dipahami 3 Covernya menarik 4 Isinya tentang kehidupan nyata/sesuatu yang tidak biasa 5 Pemilihan karakternya harus cocok d. Responden 4 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang bisa membuat pembaca menghayati ceritanya 2 Mempunyai amanat yang bagus 3 Mempunyai pencitraan yang kuat 4 5 Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Susunan stuktur ceritanya pas 2 Pemilihan diksinya pas 3 Penyusunan kalimatnya pas 4 5 e. Reponden 5 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang membuat perasaan sedih 2 Yang dapat membuat tokoh-tokohnya hidup atau kita bisa berimajinasi dari cerpen tersebut 3 Yang bisa membuat kita terhanyut dalam cerpen tersebut 4 Yang tokohnya seperti real di kehidupa nyata Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Yang temanya menarik 2 Bahasanya indah tetapi mudah dimengerti 3 Bahasanya puitis tapi jangan terlalu berat 4 5 f. Responden 6 Kriteria emosional No Jawaban 1 Punya pesan yang memotivasi 2 Membuat pembaca sedih dan hanyut dalam suasana 3 Membuat pembaca penasaran dengan endingnya 4 Bahasanya dapat membuat pembaca terbayang-bayang 5 Punya happy ending Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Bahasanya mudah dimengerti 2 Tersusun dengan urut sesuai kejadian sebenarnya 3 Tokohnya jelas 4 Suasananya bagus g. Responden 7 Kriteria emosional No Jawaban 1 Menumbuhkan semangat hidup 2 Menumbuhkan jiwa sosial 3 Menghilangkan amarah 4 Memberikan kesan romantis 5 Berakhir dengan senang Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Akhir cerita tidak menggantung 2 Tokoh yang kuat/ tegar 3 Menggunakan bahasa gaul 4 Tidak mengandung kata-kata kotor 5 Menggunakan gambar h. Responden 8 Kriteria emosional No Jawaban 1 Dapat mengubah-ubah perasaan 2 Dapat merasakan real cerita yang ditulis oleh penulis 3 Ending cerita tidak selalu bahagia 4 Tidak dalam kehidupan sehari-hari/ ceritanya jarang terjadi sehingga dapat membuat penasaran Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Tersirat 2 Ceritanya tidak terduga 3 Bahasa yang mudah dikenali 4 Tidak monoton jalan ceritanya 5 Banyak deskripsi/ keterangan perasaan, latar,dsb tergambar jelas i. Responden 9 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang selalu mengigatkan kita tentang Allah SWT dan kematian 2 Yang bisa memotivasi hidup 3 Yang membuat sedih 4 Yang mendidik 5 Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Tidak bertele-tele 2 Temanya menarik 3 Judulnya menarik 4 Isinya membuat penasaran 5 Ada gambarnya j. Responsen 10 Kriteria emosional No Jawaban 1 Dapat memotivasi 2 Mampu membawa pembaca merasakan apa yang penulis rasakan dalam tulisannya 3 Tidak selalu happy ending, namun masalahnya yang ada dapat dijabarkan dengan jelas 4 Menyajikan banyak suasana hati 5 Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Judulnya menarik tidak langsung menggambarkan apa isi dari cerpen 2 Masalah yang ditampilkan bukan masalah biasa 3 Menggunakan diksi dan ungkapan yang indah 4 Menyajikan kosakata baru, misalnya bahasa daerah atau bahasa asing disertai dengan arti 5 Diselipkan gambar/animasi yang menarik di cover ataupun sela-sela tulisan k. Responden 11 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang membuat penasaran 2 Yang membuat motivasi 3 Alur ceritanya menarik 4 Yang endingnya bahagia 5 Yang sulit ditebak ceritanya Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Gaya bahasanya enak 2 Temanya menarik 3 Alurnya menarik 4 Tokohnya sedikit 5 Latarnya tergambar dengan jelas l. Responden 12 Kriteria emosional No Jawaban 1 Cerpen yang bisa membuat pembaca ikut merasakan ceritanya 2 Yang dapat membuat pembaca penasaran 3 Yang dapat membuat pembaca tegang 4 Yang dapat membuat pembaca memahami isinya 5 Yang dapat membuat pembaca berimajinasi Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Yang alurnya maju 2 Isi cerita mengandung nilai moral yang baik 3 Bahasanya mudah dipahami 4 Penyelesaiannya tidak menggantung 5 Mempunyai isi cerita yang menarik m. Responden 13 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang membuat pembacanya penasaran 2 Yang membuatpembacanya tersentuh dari kata demi katanya 3 Yang membuat pembacanya suka pada pelaku cerpennya 4 Yang membuat pembacanya tidak bosan 5 Yangh membuat perasaan pembaca senang atau tegang Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Yang mengandung amanat. Tidak perlu amanat yang terlalu tinggi tingkatannya, yang sederhana saja tetapi dilakukan di kehidupan sehari-hari 2 Yang temanya mencakup real kehidupan orang-orang umum 3 Yang masuk akal 4 Pelakunya tidak berlebihan 5 Paragraf demi paragraf cerita menyambung n. Responden 14 Kriteria emosional No Jawaban 1 Menarik orang membaca hanya dengan summary-nya atau kalimat pertamanya 2 Tidak mudah ditebak alurnya 3 Baik alur atau tokohnya membuat pembaca tersentuh 4 Pembaca dapat tertarik ke dalam dunia cerpen tersebut 5 Membuat pembaca berpikir apabila cerpen tersebut benar terjadi dalam dirinya terjadi Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Diksi yang baik 2 Satu paragraf rimanya sama 3 Ide yang standar namun dikemas atau dikembangkan dengan baik 4 Ide yang berbeda misalnya sejarah namun ditulis dengan alur yang cerdas yang tidak membosankan 5 Akhir yang tidak diduga dan tidak kalah dengan isi ceritanya sendiri o. Responden 15 Kriteria emosional No Jawaban 1 Cerpen yang menyentuh hati 2 Cerpen yang membawa pembaca menjadi ikut terbawa dalam cerpen tersebut 3 Cerpen yang benar-benar mendeskripsikan tokoh dengan rinci agar dapat terbayang oleh si pembaca 4 5 Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Alurnya maju atau mundur jangan campuran 2 Cerpen itu ada intisari atau pelajaran yang dapat diambil/dipelajari 3 4 5 p. Responden 16 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang penuh moral 2 Yang membuat penasaran 3 Yang membuat senang 4 Yang ceritanya membuat sedih 5 Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Yang sulit ditebakk endingnya 2 Temanya bagus 3 Yang sususnan ceritanya hampir mirip kehidupan sendiri 4 5 q. Responden 17 Kriteria emosional No Jawaban 1 Cerpen yang membuat sedih 2 Cerpen yang romantis 3 Cerpen yang memacu adrenalin 4 Cerpen yang menyentuh kalbu 5 Cerpen yang bertema kasih sayang Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Diksinya bagus 2 Isinya membuat kita berpikir 3 Penataannya bagus 4 Isinya tidak membingungkan 5 Penempatan kalimat bagus r. Responden 18 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang dapat membuat orang ketagihan dalam membacanya 2 Yang dapat membuat orang merealisasikannya dalam kehidupan nasihat yang baik 3 Yang dapat membuat orang sedih/ikut merasakan apa yang diceritakan di cerpen 4 Mengambil kisah tentang masalah sehari-hari dan membuat solusi yang mudah 5 Yang dapat dibaca oleh semua umur dan semua golongan manusia di dunia Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti jika menggunakan kata tidak baku 2 Membuat alur yang jelas kronologi jelas 3 Menggunakan imbuhan yang tepat 4 Menggunakan kata yang tidak menghamburkan kata 5 Pelakunya jelas s. Responden 19 Kriteria emosional No Jawaban 1 Yang dapat membakar perasaan pembaca sesuai dengan suasana dalam bacaan 2 Yang dapat membuat pembaca ‗galau mau berpihak pada protagonis atau antagonis 3 Menyimpan amanat yang mendalam namun tersirat 4 5 Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Perangkaian kalimat yang cerdas 2 Pemilihan kata yang tepat 3 Penggambaran suasana yang realistis sehingga pembaca dapat segera menvisualisasikan dalam otak 4 Perangkaian urutan kemunculan masalah yang membuat eakan masalah tidsak pernah habis 5 Akhir cerita yang tidak diduga t. Responden 20 Kriteria emosional No Jawaban 1 Cerpennya dapat membawa perasaan ikut serta dalam cerpen 2 Membuat penasaran dengan cerita selanjutnya 3 Membuat tertarik saat membaca pertama kali 4 Kriteria Intelektual No Jawaban 1 Temanya unik 2 Penggambaran tokohnya jelas 3 Penggambaran ceritanya jelas 4 5 Tabel menggambarkan dasar penilaian pembaca terhadap teks sastra yaitu cerpen. Dalam tabel ini responden diminta memberikan dasar kriteria cerpen yang baik menurut masing-masing reponden. Dasar kriteria ini dibagi menjadi dua bagian yaitu kriteria emosional dan kriteria intelektual. Penggambaran tabel ini menggunakan saran Alan C. Purves dalam buku Evaluasi Teks Sastra karya Rien T. Segers yang menyatakan bahwa dengan menanyakan pendapat mengenai kriteria cerpen ideal itu lebih memberikan harapan dari pada menanyakan daftar nama cerpen favorit Dari perkiraan saran Purves bahwa dua kategori yang paling besar dan penting dari kriteri sastra yaitu segi intelektual dan emosional. Maka, kriteria tersebut menjadi dasar penelitian tabel dalam kuesioner ini. Dari tabel dapat diambil simpulan yang digambarkan pada tabel dibawah ini. Tabel Kriteria Intelektual Kriteria Jumlah Pemunculan Kriteria Keterangan Bahasa 26 Pemilihan diksi Kosakata beragam Gaya bahasa 84 Segers., Evaluasi Teks Sastra, hlm. 108 dalam penulisan pernyataan tersebut lebih menggunakan bahasa penulis. Mudah dipahami Bahasa lugas Penyusunan kalimat yang baik Bahasa puitis Bahasa gaul Tidak kaku Pemunculan kosakata baru Penggunaan kata tidak baku Penggunaan imbuhan yang tepat Robohnya Surau Kamikumpulan cerita pendek karya Navis / From Wikipedia, the free encyclopedia Robohnya Surau Kami adalah sebuah kumpulan cerpen sosio-religi karya Navis. Cerpen ini pertama kali terbit pada tahun 1956, yang menceritakan dialog Tuhan dengan Haji Saleh, seorang warga Negara Indonesia yang selama hidupnya hanya beribadah dan beribadah. Cerpen ini dipandang sebagai salah satu karya monumental dalam dunia sastra Indonesia.[1] Sinopsis Cerpen Robohnya Surau Kami Karya Navis - Selamat siang, selamat berjumpa lagi dengan blog MJ Brigaseli. Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi sinopsis cerpen Robohnya Surau Kami karya Navis yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 1955. Cerpen Robohnya Surau Kami ini menceritakan suatu tempat dimana ada sebuah surau tua yang nyaris ambruk. Kemudian datanglah seseorang ke sana dengan keikhlasan hatinya dan izin dari masyarakat setempat untuk menjadi garin atau penjaga surau tersebut, dan hingga kini surau tersebut masih tegak berdiri. Meskipun kakek atau garin dapat hidup karena sedekah orang lain, tetapi ada hal pokok yang membuatnya dapat bertahan, yaitu dia mau bekerja sebagai pengasah pisau. Dari pekerjaannya inilah dia dapat mengais rejeki, apakah itu berupa uang, makanan, kue-kue, atau rokok. Kehidupan kakek ini sangat monoton. Dia hanya mengasah pisau, menerima imbalan, membersihkan dan merawat surau, beribadah di surau, dan bekerja hanya untuk keperluannya sendiri. Hasil pekerjaannya itu tidak untuk orang lain, apalagi untuk anak dan istrinya yang tidak pernah terpikirkan. Suatu ketika datanglah Ajo Sidi untuk berbincang-bincang dengan penjaga surau itu. Ajo sidi adalah seorang pembual yang datang kepada kakek penjaga surau sebelum kakek penjaga surau itu meninggal. Lalu, keduanya terlibat dalam sebuah perbincangan. Pada perbincangan itu, Ajo sidi mengisahkan tentang kejadian Haji Saleh di akhirat ketika dia dimasukkan ke dalam neraka. Haji Saleh tidak menerimanya karena Haji Saleh merasa dia adalah seorang yang rajin beribadah. Tak sekalipun Haji Saleh meninggalkan kewajiban Tuhan. Bahkan setiap waktunya hanya untuk menyembah Tuhan. Kemudian Haji Saleh datang menuntut kepada Tuhan atas semua apa yang dia kerjakan. Ternyata apa yang dikerjakan itu justru salah. Haji Saleh tidak seharusnya hanya mementingkan dirinya sendiri untuk beribadah dan sembahyang setiap waktunya demi masuk surga dan melupakan kewajibannya kepada anak dan isrtinya sehingga jatuh dalam kemelaratan. Itu yang membuat Haji Saleh dimasukkan ke dalam neraka. Padahal di dunia ini hidup berkaum, bersaudara, tetapi Haji Saleh tidak memedulikan mereka sedikit pun. Sepulangnya berbincang dengan Ajo Sidi, penjaga surau itu murung, sedih, dan kesal. Dia merasakan apa yang diceritakan Ajo Sidi itu sebuah ejekan dan sindiran untuk dirinya. Dia memang tidak pernah mengingat anak dan istrinya, tetapi dia pun tidak pernah memikirkan hidupnya sendiri sebab memang tak ingin kaya atau membuat rumah. Segala kehidupannya lahir batin diserahkannya kepada Tuhan. Dia tak berusaha menyusahkan orang lain atau membunuh seekor lalat pun. Dia senantiasa bersujud, bersyukur, memuji, dan berdoa kepada penjaga surau begitu memikirkan hal itu dengan segala perasaannya. Akhirnya, dia tertekan dan tidak kuat memikirkan hal itu. Kemudian dia lebih memilih jalan pintas untuk menjemput kematiannya dengan cara menggorok lehernya dengan pisau cukur. Kematiannya sungguh mengenaskan dan mengejutkan masyarakat sekitar. Semua orang berusaha mengurus jenazahnya dan menguburnya, kecuali satu orang saja yang tidak begitu peduli atas kematian sang kakek penjaga surau. Dialah Ajo Sidi, yang pada saat semua orang mengantar jenazah penjaga surau, dia tetap pergi bekerja. Ajo Sidi yang mengetahui kematian kakek hanya berpesan kepada istrinya untuk membelikan kain kafan tujuh lapis untuk kakek, lalu dia pergi bekerja. Seperti rumah yang ditinggal penghuninya, surau yang dulunya digunakan untuk beribadah itu kini hanya dipakai untuk sekadar bermain anak-anak. Tidak ada lagi panggilan adzan, sholat berjamaah, dan lantunan ayat-ayat suci Al-quran. Bahkan jika ada ibu-ibu yang membutuhkan kayu bakar, tak segan-segan mengambil salah satu bagian dari tiang-tiang surau yang mulai lapuk dan hampir roboh. Tak ada lagi yang mau peduli terhadap surau tempat beribadah itu. Itulah pemandangan yang bisa dilihat dari surau seorang kakek setelah dia meninggal. Itulah tadi sinopsis cerpen Robohnya Surau Kami karya Navis. Semoga bisa bermanfaat dan menghibur pembaca semuanya.

ringkasan cerita robohnya surau kami